Salak madu dari kebun petani di Kawasan Tiga Juhar, Kecamatan Sinembah Tanjung Muda (STM) Hulu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara telah menembus pasar ekspor ke Thailand. Setiap minggunya, petani mendapat pesanan 2 ton salak untuk ekspor ke Thailand. Petani juga sudah mendapat pesanan ekspor dari 10 ton per bulan dari Hongkong dan 5 ton dari Malaysia.
Pelepasan ekspor salak madu produksi petani Tiga Juhar, Kecamatan Sinembah Tanjung Muda Hulu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara dilakukan Kementrian Pertanian dan Pemerintah Kabupaten Deli Serdang di Kantor Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan di Jalan Dusun Lestari Desa Pasar V Kebun Kelapa Kec. Beringin, Deli Serdang, Selasa (27/08/2019).
Pada ekspor perdana buah asli indonesia ini dikirim 400 Kg ke Thailand. Untuk memenuhi pesanan 2 ton per minggu atau sekitar 8 ton per bulan.
Petani dan eksportir buah bernama Salacca edulis mendapat keuntungan lebih besar dengan adanya pesanan dari Thailand. Karena harga pasar ekspor bisa jauh lebih tinggi dibandingkan harga di pasar lokal.
“Sebenarnya potensi ekspor tinggi. Cuma karena kebutuhan salak masih kurang untuk mencukupi. Pertama sebenarnya dari permintaan hongkong 10 ton per bulan, Malaysia 5 ton per bulan, Thailand 1 sampai 2 ton per minggu. Cuman karena produksi kita masih berkurang, mungkin 2 atau 3 tahun lagi ke depan bisa terpenuhi. Justru untuk ekspor kami memberdayakan 80 persen masyarakat. Kami juga membedayakan petani kita beli untuk kebutuhan swalayan dan supermarket di sekitar Medan. Kurang lebih satu setengah kali lipat. Ibarat kami jual di lokal 16 ribu, ya ekspor 68 ribu. Nengok kondisi buah, kalau banyak kita penuhi,” ujar Dedi Juliardi, Petani dan Eksportir Salak asal Deli Serdang yang juga direktur CV. Sinar Ponti kepada wartawan.
Dalam mendukung ekspor, Kementrian pertanian melalui Badan Karantina Pertanian bertugas memastikan produk pertanian ini memiliki daya saing dan diterima sesuai persyaratan ekspor negara tujuan.
“Kita melaksanakan tugas Negara sesuai instruksi Presiden untuk melakukan terus akselerasi ekspor komiditas pertanian. Jadi kepada kami di badan karantina mendorong komiditas kita keluar negeri atau ekspor. Karena ini satu kebijakan strategis. Ternyata hari ini salak madu diekspor ke Thailand. Ini sudah membuahkan hasil. Nilai tambah yang harus didorong,” ujar Dr. Ali Jamil, Kepala Badan Karantina Pertanian kepada wartawan.
Jamil mengingatkan pada para eksportir bahwa apa yang sudah dilakukan hendaknya dijaga dengan selalu melakukan 3K. Yaitu menjaga kualitas produk, meningkatkan jumlah eksportasi (kuantitas) dan menjaga kontinuitasnya.
Keberhasilan komoditi buah yang disebut snake fruit karena kulitnya mirip dengan sisik ular ini, menembus pasar ekspor ke Thailand mendorong pemerintah deli serdang memperluas tanaman salak. Sekaligus menjadikan Kecamatan STM Hulu sebagai sentra salak di Kabupaten Deli Serdang. Termasuk mempatenkan varietas salak Tiga Juhar.
“Pada saat ini dilaporkan pada saya ada 296 hektare lahan di kecamatan STM Hulu yang sudah ditanami salak dan 160 hektar diantaranya sudah berproduksi. Tentu kalau nanti ini produk ini bisa kita pasarkan ke luar negeri dengan harga yang baik saya yakin para petani kita akan tertarik dalam mengembangkan tanaman salak. Kita bisa yakin penetapan kecamatan STM Hulu sebagai sentra salak di kabupaten deli serdang dapat kita wujudkan. Banyak hal yang harus kita lakukan , memastikan produk ini mengikuti aturan salah satunya paten dan berbagai hal lainnya,” ujar Ashari Tambunan, Bupati Deli Serdang kepada wartawan.
Dengan keberhasilan Deli Serdang menembus pasar ekspor salak Ke Thailand, diharapkan ekspor buah salak terus meningkat. Dari data Kementerian Pertanian, pada tahun 2017 tercatat mencapai 965 ton. Sedangkan pada 2018 ekspornya mencapai 1.233 ton atau senilai Rp 19,7 Miliar. Dengan tujuan ekspor ke lebih dari 30 negara mitra dagang, Seperti China, Kamboja, Malaysia, Singapura, Thiland, Saudi Arabia, Uni Emerat Arab, Timor Leste, Belanda, Qatar, Hongkong, Jerman dan Inggris.
Sentra tanaman salak di Indonesia juga semakin luas dengan adanya sentra salak di Kabupen Deli Serdang. Data Kementrian pertanian mencatat, luas lahan salak pada 2018 mencapai 23.204 hektare dengan produksi 983.000 ton tersebar di sentra salak, seperti Kabupaten Tapanuli Selatan, Sleman, Magelang, Banjarnegara, dan Karangasem. Kepala Badan Karantina Pertanian menambahkan, target pemeriksa karantina pada buah salak salah satunya adalah terhadap lalat buah (Bactrocera spp). Jenis hama lalat buah yang menjadi perhatian utama untuk negara Thailand, sebagai negara tujuan ekspor perdana kali ini.
Pemeriksaan dilakukan oleh petugas di laboratorium yang telah terakreditasi secara internasional. “Selaku otoritas karantina, Barantan menjadi penjaminnya,” jelasnya.
Selain itu layanan pemeriksaan ekspor juga dilakukan dengan sistem jemput bola, yaitu pemeriksaan di tempat pemilik, rumah kemas tujuannya agar meningkatkan efektifitas dan mempercepat arus barang saat di bandara atau pelabuhan.
Menurutnya, jika diperlukan, petugas karantina juga dapat memberi pelatihan bagi petani maupun rumah kemas agar produknya terhindar dari organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK) sesuai yang dipersyaratkan negara tujuan, sehingga mengurangi penolakan barang atau reject saat penyortiran.
“Untuk budidaya dan penerapan good farming practice kita juga bekerjasama dengan instansi terkait di daerah supaya kita dorong bersama, kita kibarkan merah putih di berbagai negara,” tandasnya.
Selain melepas 400 Kg salak ke Thailand, bersama H. Ashari Tambunan, Bupati Kabupaten Deli Serdang, Jamil juga melepas berbagai komoditas ekspor dari Medan, seperti bambu, rempah-rempah, kopi, bunga potong, daun jambu dan sirsak, ubi jalar, getah pinus, sarang burung walet dan gigi taring babi ke berbagai negara seperti ke Jepang, Jerman, Korea Utara, Australia, Kamboja, Vietnam, Hongkong, UK, USA, China dan Rusia dengan total nilai Rp. 131,3 miliyar.
Sementara itu Hafni Sahara, Kepala Karantina Pertanian Kelas II Medan menjelaskan, pihaknya mendorong masyarakat terutama calon eksportir baru dari kalangan millenieal agar mau mengambil bagian menjadi eksportir komoditas pertanian.
Lewat program Agro Gemilang, Karantina Medan memberikan berbagai informasi dan bimbingan agar calon eksportir baru mudah memahami persyaratan sanitary dan phytosanitary (SPS) dari negara tujuan.
Ia juga menyampaikan bahwa peta komoditas pertanian ekspor (iMace) yang selama ini diberikan pada pemerintah daerah. Informasi umumnya juga bisa didapatkan di kantor layanan Karantina Pertanian Medan.
Menurutnya, informasi tentang pangsa pasar atau negara tujuan ekspor juga dapat dibagikan ke para calon eksportir baru.
Berita Asli : https://kliksumut.com/8-ton-salak-tiga-juhar-diekspor-ke-thailand-setiap-bulan/